Namun kadang kita mesti pahami apa yang dirasakan oleh pembuat perangkat lunak saat produk mereka dipergunakan secara ilegal alias dibajak kurang lebih mungkin sama rasanya saat karya foto kita diakui orang lain baik di media sosial maupun dalam konteks lainnya, kemudian mungkin dipergunakan untuk bisnis orang lain tanpa kita tahu dan mendapatkan manfaat ekonomi dari karya yang telah susah payah kita buat dengan berbagai macam pengorbanan tentunya nggak enak juga ya.
Okelah menurut saya sih kembali ke masing-masing saja, jalan amannya ya beli saja perangkat lunaknya (lisensinya) mulai dari sistem operasi windowsnya, raw image processing seperti yang populer Adobe lightroom, image manipulation program seperti Adobe Photoshop, HDR image processing seperti Photomatix.
Bagi yang pingin idealis seperti penulis (sebenarnya bokek buat beli lisensi) …cie cie…bisa menggunakan perangkat lunak opensource yang fungsinya nggak kalah dengan perangkat lunak berbayar yang banyak beredar saat ini. Penulis pun selalu menggunakan perangkat lunak opensource untuk melakukan post processing dari foto-foto yang penulis ambil dengan kamera DSLR.
Pertanyaan yang sering penulis dapatkan susah nggak..? Ini gampang gampang sulit menjawabnya, contoh soal saja penulis yang hanya user linux/ubuntu biasa saja bisa menggunakannya harusnya siapa saja pasti bisa menggunakannya, tohh semua bisa menggunakan ponsel pintar berbasis Android kan yang juga awalnya dari linux CMIIW.
Oke sebenarnya apa saja sih yang penulis pakai saat menggunakan aplikasi opensource untuk mengelola foto foto yang telah diambil menggunakan kamera DSLR.
1. Kalibrasi layar monitor
Tidak perlu khawatir saat menggunakan linux ubuntu atau yang lainnya proses kalibrasi warna tetap bisa dilakukan perangkat seperti Spyder, Colorhug dllnya dapat dipergunakan untuk melakukan kalibrasi layar komputer kita. Caranya nya pun cukup mudah. Nanti akan penulis tuangkan dalam tulisan tersendiri.2. Rapid Photo Downloader
Pada alur sebelum masuk ke tahap proses post processing atas foto yang kita peroleh, tentunya kita harus memindahkan berkas dari kartu memory kamera ke komputer atau laptop yang kita pergunakan. Bisa saja dengan copy paste namun penulis menggunakan aplikasi Rapid Photo Downloader. Keuntungannya adalah sekalian kita melakukan manajemen foto kita. Dengan Rapid Photo Downloader kita dapat mengelompokkan foto, mengubah nama, memilih foto yang hendak dipindahkan sesuai dengan yang kita inginkan. Pertanyaannya kenapa mesti repot repot kan tinggal copy paste. Ya semua pilihan, copy paste juga bukan salah, namun saat kita memiliki banyak file foto tentu kita tidak mau menjadi susah saat mencari berkas foto untuk keperluan setelah dipindahkan ke komputer. Bayangkan kita harus mengubah nama berkas 20 file saja, nggak kuat rasanya kalau penulis nah dengan aplikasi RPD ini pekerjaan tersebut menjadi lebih mudah tentunya.Penulis akan membahas sendiri tentang Rapid Photo Downloader dengan topik bahasan tersendiri.
3. Darktable
Langkah berikutnya ketika foto sudah diunduh via Rapid Photo Downloader adalah mengolah berkas foto tersebut agar sesuai dengan apa yang kita inginkan, ada berbagai aplikasi pengolahan berkas RAW dari kamera di Linux terutama ubuntu, namun yang penulis gunakan adalah darktable. Aplikasi ini bagi penulis sangat menyenangkan, proses pengolahan berkas RAW terasa mudah dan gampang serta cepat.Dalam pengalaman penulis tiga aplikasi diatas akan membuat mesin linux Anda menjadi mesin pengolahan foto yang setara dengan pengolahan foto berbasis Windows dengan biaya lisensi ratusan sampai ribuan dolar. Memang kita perlu lebih banyak belajar dengan open source karena sesuatu hal yang memang berbeda mungkin saja terjadi, apalagi yang sudah biasa pakai program bajakan yang mudah mendapatkan versi aspalnya dengan kode aktivasi bertebaran di internet he he , dengan program berbasis opensource kita melakukan pekerjaan yang pada pemikiran alias pada otak, bukan padat modal tetapi pada otak, nah modalnya dari pada dibelikan lisensi perangkat lunak lebih baik dipergunakan membeli perlengkapan fotografi yang lebih mumpuni.
Semoga tulisan ini bisa memberikan alternatif baru bagi fotografer dalam melakukan post processing fotonya. Oya ikuti terus dan nantikan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan opensource dan fotografi pada waktu waktu yang akan datang, semua ditulis berdasarkan pengalaman penulis dalam menggunakan perangkat lunak opensource dalam kehidupan sehari-hari di bidang fotografi
source