DSLR apa yang tepat untuk saya?
Kali ini di fokuskan pada DSLR Canon EOS Series ( 1D Mark IV, 5D Mark II, 7D, 60D, Rebel T1i, Rebel T2i), tetapi juga menyinggung kamera Nikon (D3100, D90, D300s, D3s), seperti juga DSLR lain yang bisa merekam video, Panasonic GH1, Pentax K-7 HD, dan Sony A55, A33, dan NEX series. Anda mungkin ingin melihat daftar DSLR yang paling laku untuk melihat yang trend nya. Jika anda bertanya mengapa beberapa DSLR bisa merekam video sementara yang lainnya tidak – atau mengapa tidak ada satupun dari mereka yang melakukannya beberapa tahun lalu. Dari point ini saya percaya bahwa DSLR Canon menawarkan kualitas terbaik dan fleksibilitas untuk para pembuat film, berdasarkan supeioritas mereka berdasarkan codec h.264 (yang mana lebih tinggi kualitasnya dari MJPEG codec punya nikon dan dengan bitrate yang lebih rendah AVCHD codec kepunyaan Panasonic). Bagaimanapun ada beberapa DSLR top yang brsaing dengan keras untuk mendapat perhatian Anda (tidak semua Canon); setiap kamera mmpunyai kelemahan dan kelebihan khusus, yang akan menolong anda memutuskan DSLR mana yang tepat untuk kebutuhan khusus Anda.
Yang paling utama untuk dimengerti selama membaca perbandingan di bawah ini adalah bagaimana ukuran sensor DSLR mempengaruhi gambar yang dihasilkan kamera. Sensor yang lebih besar tidak selalu lebih baik, tapi untuk tujuan kita mudahkan cara berfikir bahwa sensor yang lebih besar menangkap gambar dengan DOF yang lebih dangkal, jangkauan dinamis yang lebih baik, dan sensitivitas cahaya yang lebih baik di cahaya temaram. Berikut adalah bagan ukuran sensor DSLR :
Seperti yang anda lihat di bagan, penerapan APS-C Canon dan Nikon memiliki perbedaan yang tipis, tetapi tidak cukup membuat perbedaan praktis. Untuk kepentingan pembandingan, saya masukkan ke dalam bagan Sony EX-3 professional video camera –anda dapat lihat berapa besar ukuran sensor semua DSLR ini. Mari kita lihat jajaran DSLR Top untuk pembuatan film :
Kekuatan: dalam gambaran saya, terimakasih pada sensor full frame 5D yang membuat gambar paling lembut, gambar yang paling cantik untuk semuanya, juga berdasarkan ukuran sensornya, 5D adalah yang paling bersahabat bagi pengguna lensa lama (anda tidak perlu berurusan dengan crop factor). Terimakasih pada firmware update, shoot pada 1080p/24p sama baiknya dengan shoot pada 30p. juga mempunyai manual audio 48KHz. Body yang berkualitas. Shoot gambar diam dengan sangat sempurna.
Kelemahan: Output HDMI turun ke 480p dari waktu Anda merekam; ini sangat buruk ketika menggunakan monitor tabung (tidak terlalu banyak masalah seperti itu jika anda menggunakan LCD view finder). Ketika mulai bersuara bising saat merekam, merupakan pertanda bahwa kamera mulai panas, tetapi tanpa pemberitahuan dari kamera bahwa saat ini sudah terlalu panas. Sensor full frame dapat menjadi masalah jika anda ingin menggunakan lensa Cina, yang mana tidak bisa menutupi hampir semua ukuran sensor VistaVision. Tidak ada 50p atau 60p, yang berarti anda tidak bisa mendapatkan rekaman gerakan lambat yang bagus dari kamera. Sensor full frame berarti bahwa DOF anda sangat rendah yang membuat anda sangat sulit untuk menarik fokus.
Kekuatan: pilihan yang sangat tepat – pada dasarnya sama dengan kamera 7D (lihat dibawah) untuk harga hampir setengahnya. Ukuran sensor APS-C (sensor ukuran cinema) memiliki banyak pilihan merekam: pada 1080p, 24p/25p/30p; pada 720p, 50p/60p (sangat baik untuk merekam gambar slow motion). LCD screen yang sangat bagus.
Kelemahan: tidak banyak lapisan untuk melindungi dari cuaca, dan tidak sebaik ketika foto gambar diam. HDMI output turun ke 480p ketika merekam. Sangat mudah kepanasan. Tidak ada audio kontrol manual dan tidak ada manual white balance.
Canon 7D
Kekuatan: menawarkan beberapa keuntungan di atas sepupu murahnya T2i atau 550D, dasarnya HDMI output tetap pada 1080i selama merekam. 7D juga sangat tahan terhadap cuaca – pengguna kamera video tidak akan terbiasa untuk meninggalkan kamera nya di dalam hujan atau salju, tetapi 7D dapat menangani kondisi yang merugikan dengan penuh percaya diri; sesuatu untuk di ingat jika anda shooting di kondisi yang extreme. Memiliki ukuran sensor yang sama dan pilihan perekam video yang flexibel sama dengan T2i.
Kelemahan: lebih mahal dari T2i tanpa menawarkan banyak fitur upgrade – masih terus naik harganya secara agresif, dan harga tidak akan di anggap sebagai kelemahan jika tidak dibandingkan dengan T2i. MUdah panas. Tidak ada kontrol audio manual.
Kelebihan: para insinyur Canon menerapkan suatu unsur magic pada sensornya dan mendapatkan performa extra di cahaya rendah (yang paling terkenal di tunjukkan dengan Nocturne). Ukuran sensor APS-H dibagi berbeda antara full frame dan APS-C, yang dapat menawarkan keuntungan menarik (lensa-lensa zoom mendapatkan jangkauan sedikit lebih jauh dan lensa kit anda secara efektif digandakan). Battery yang lebih tahan lama, body dengan kualitas lebih baik.
Kelemahan: Sensor APS-H membagi perbedaan antara full frame dan APS-C, yang dapat menawarkan kerugian menarik (selamat mencari lensa wide angle yang bagus). Tidak ada manual audio. Lebih dari dua kali lebih mahal dari 5D Mark II, dan sensor yang lebih kecil.
Nikon D3s
Kelebihan: sensor full frame seperti 5DmkII; mereka yang terbaik untuk performa low light, terimakasih kepada A) ukuran sensornya, B) pixel yang lebih kecil di ukuran sensor yang sama (D3s 12MP bukan 21MP, dan C) noise reduction yang lebih baik. Jika Anda mempunyai banyak lensa Nikon, anda tidak perlu berurusan dengan adapter. Mungkin yang terbaik disini untuk mengambil foto diam.
Kelemahan: output 720p! codek rekaman yang buruk. Batasan klip hanya 5 menit (Canon maximal 12 menit). Para insinyur Nikon terlihat sekali tertinggal dari Insinyur Canon ketika berbicara tentang video. Tidak ada kontrol audio manual.
Kekuatan: tidak mahal. Menawarkan 1080p pada 24p dan 720p pada 60p (untuk Amerika Utara; 25p dan 50p untuk Negara PAL). Mengartikulasikan layar LCD dan auto focus yang sangat baik memberikan anda fleksibilitas yang handal daripada DSLR lain disini. GH1 juga tidak melakukan line-skip seperti Canon ketika mengurangi atau menghilangkan masalah aliasing. Saya tidak menyebutkan bahwa GH1 adalah kamera yang layak untuk pembuatan film karena Codec nya, sampai benda ini di upgrade seignifikan, terimakasih pada firmware hasil hack yang brilian yang memungkinkan bitrate codec naik dari 17Mbit ke 50Mbit. Data rate yang tinggi mengefisienkan codec dan menimbulkan masalah yang lebih sedikit; ini secara langsung mengubah GH1 menjadi alat pembuat film yang layak. Pengguna DVX telah membandingkan GH1 dan 5D, dari perbandingan ini sepertinya para pengguna lebih menyukai gambar GH1.
Kelemahan: codec bitrate rendah akan sangat mengesalkan jika anda tidak punya ide untuk menginstal firmware di GH1 anda. Tidak bagus di low light walaupun segalanya sudah anda lakukan untuk firmware anda. Sensor micro 4/3 tidak akan memberikan DOF rendah seperti kamera lain disini. Tidak ada kontrol audio manual.
Seseorang bisa menuliskan panduan memilih seluruh DSLR, tetapi hal itu merupakan perdebatan yang tidak akan pernah habis dan tidak akan dapat memecahkan masalah siapapun; setiap pengguna DSLR memilih pada ketersediaan, harga, dan kebutuhan spesial mereka. Sementara DSLR dapat mengambil gambar film yang baik, mereka dengan tidak bermaksud mengoptimalkan pembuatan film dalam konsep features atau ergonomis; sehingga kebanyakan add-ons dibutuhkan untuk membuat DSLR berfungsi seperti kamera film yang layak. Sayangnya, kebanyakan pasar add-ons menargetkan aksesori kamera dengan biaya mahal hampir beberapa kali harga kamera nya. Panduan ini, selanjutnya difokuskan untuk menemukan perlengkapan berkualitas dengan harga yang masuk akal.
Di download dan di terjemahkan dari : http://nofilmschool.com/Di tulis oleh : Koo (The DSLR Cinematography Guide)
sipp min, makasih sudah share...
http://cody.id/produk/lcd-separator/mesin-pemisah-lcd-touchscreen-cody-968/