Artikel ini adalah sebuah cerita lucu tentang Pakde saya yang mencoba menguasai fotografi hanya dalam waktu satu malam.
Waktu itu Pakde sekeluarga menginap di rumah kami karena akan menghadiri acara pelantikan Taruna AKABRI di Istana Negara, sementara rumahnya Pakde sendiri berada di Bandung. Betapa gembiranya Pakde karena anaknya ada yang mengikuti jejaknya menjadi anggota angkatan bersenjata. Kami sekeluarga memang memiliki darah veteran mengalir dalam tubuh kami.
Sehari sebelum pelantikan, datang lagi kerabat kami yang lain sambil membawa kamera SLR analog berlensa tele dan menyarankan agar Pakde menggunakan kamera tersebut untuk memotret acara pelantikan anaknya besok. Jadilah Pakde diajari cara menggunakan kamera tersebut melalui metode SKS ( Sistem Kebut Semalam ). Saya sendiri yang waktu itu belum mendalami fotografi sangsi apakah Pakde bisa menjalankan tugas tersebut.
Esoknya, pagi-pagi kami serombongan sudah tiba di Istana Negara. Hanya kedua orang tua Taruna AKABRI yang akan dilantik yang diperbolehkan masuk. Dengan gagah sambil mencangklong kamera SLR telefoto, Pakde dan Bude masuk ke dalam istana. Kami, para sanak saudara menunggu di pelataran MONAS sambil leyeh-leyeh melepaskan penat. Setelah acara pelantikan usai, kamipun diperkenankan masuk melalui sisi istana untuk acara ramah tamah dan foto-foto. Kami juga membawa kamera saku yang dipergunakan untuk dokumentasi keluarga.
Sesampai di rumah, kamera dibawa ke tukang cuci cetak untuk diproses. Betapa kagetnya kami ketika diberitahu bahwa filmnya blank, belum terpakai. Menurut analisa tukang cuci cetak ada kemungkinan filmnya ' tidak nyangkut '. Dari sini saya jadi belajar bahwa jika ingin memperoleh hasil yang baik, semua harus dijalani melalui proses. Tidak bisa instan seperti kita membuat mie instan, tinggal rebus lalu nikmati.
Sumber gambar
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63